Selasa, 31 Desember 2013

Siapakah pemuda? 

Dalam Al-Qur’an, pemuda disebut dengan fatan. Misalnya sebutan fatan untuk Nabi Ibrahim muda, yang ketika itu sedang dicari oleh Raja Namrud karena dituduh menghancurkan patung-patung berhala. Fatan yuqaalu lahu Ibrahim. Juga sebutan fityatun untuk para pemuda Ashabul Kahfi. Innahum fityatun amanuu birabbihim wa zidnaahum hudaa.

Sedangkan dalam Hadits, pemuda disebut sebagai syaab. Misalnya dalam hadits “Lima Perkara Sebelum Lima Perkara Lainnya”: syabaabaka qabla haramika (masa mudamu sebelum masa tuamu). Juga dalam hadits “Tujuh Golongan Yang Mendapat Naungan Allah”: syaab nasya-a fii ‘ibadatillah (seorang pemuda yang tumbuh besar dalam ibadah dan taat kepada Allah).

Dari sisi usia, pemuda terbagi ke dalam dua fase yaitu fase puber/remaja berusia antara 10 sampai 21 tahun, dan fase dewasa awal berusia antara 21 sampai 35 tahun. Sebagian berpendapat bahwa siapapun yang berusia dibawah 40 tahun semenjak ia menjadi baligh bisa disebut sebagai pemuda. Barangkali patokannya adalah usia kerasulan Muhammad saw, yaitu 40 tahun. Adapun dari sisi karakter, pemuda adalah sebagaimana yang diuraikan oleh Imam Hasan Al-Banna: “Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal serta berkorban dalam mewujudkannya. Keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat, dan amal (serta pengorbanan) merupakan karakter yang melekat pada pemuda. Karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertakwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal (dan pengorbanan) adalah kemauan yang kuat. Hal itu semua tidak terdapat kecuali pada diri pemuda.”

Mengapa pemuda? 

Alasan pertama, karena pemuda adalah generasi penerus, yaitu generasi yang meneruskan generasi sebelumnya yang baik. Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun pahala amal mereka.” (QS. Ath-Thur : 21)

Alasan kedua, karena pemuda adalah generasi pengganti, yakni menjadi pengganti generasi sebelumnya yang buruk dan tidak taat kepada Allah. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintainya.” (QS. Al-Maidah : 54)

Dan alasan ketiga, karena pemuda adalah ruh baru, pengubah dan pembaharu, sebagaimana sososk seorang Nabi Ibrahim muda yang dikisahkan dalam Al-Qur’an: “Ingatlah ketika ia (Ibrahim) berkata kepada bapaknya : Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong sedikitpun.” (QS. Maryam : 42)

Kelebihan pemuda:

Pemuda memiliki empat kelebihan. Pertama, kekuatan spiritual: iman, takwa, dan ikhlas. Kedua, kekuatan intelektual: ingatan dan analisa yang tajam. Ketiga, kekuatan emosional: menggelora dan meledak-ledak, semangat dan kemauan yang kuat. Dan keempat, kekuatan fisik: tubuh masih segar dan sehat, otot-otot masih kuat.

Sosok Pemuda dalam Sejarah Kemanusiaan
Di masa terdahulu, ada sosok-sosok seperti Nabi Ibrahim muda, yang disebutkan oleh Al-Qur’an sebagai “fatan yuqalu lahu ibrahim”. Ada juga para pemuda Ashhabul Kahfi, yang disebutkan oleh Al-Qur’an sebagai “innahum fityatun amanu birabbihim wa zidnahum huda”.
Demikian pula di masa Rasulullah saw, kita mendapati bahwa sebagian besar yang dibina oleh Rasulullah saw di rumah Arqaam bin Abil Arqam adalah para pemuda. Berikut ini nama-nama mereka:
  1. Ali bin Ali Thalib, paling muda, 8 tahun
  2. Az Zubair bin Al ‘Awwam, 8 tahun
  3. Thalhah bin Ubaidillah, 11 tahun
  4. Al Arqam bin Abil Arqaam, 12 tahun
  5. Abdullah bin Mas’ud, 14 tahun
  6. Sa’ad bin Abi Waqqaas, 17 tahun
  7. Su’ud bin Rabi’ah, 17 tahun
  8. Abdullah bin Mazh’un, 17 tahun
  9. Ja’far bin Abi Thalib, 18 tahun
  10. Qudaamah bin Mazh’un, 19 tahun
  11. Sa’id bin Zaid, di bawah 20 tahun
  12. Suhaib Ar Rumi, di bawah 20 tahun
  13. Assa’ib bin Mazh’un, sekitar 20 tahun
  14. Zaid bin Haritsah, sekitar 20 tahun
  15. ‘Usman bin ‘Affan, sekitar 20 tahun
  16. Tulaib bin ‘Umair, sekitar 20 tahun
  17. Khabab bin Al Art, juga sekitar 20 tahun
  18. ‘Aamir bin Fahirah, 23 tahun
  19. Mush’ab bin ‘Umair, 24 tahun
  20. Al Miqdad bin Al Aswad, 24 tahun
  21. Abdullah bin Al Jahsy, 25 tahun
  22. Umar bin Al Khaththab, 26 tahun
  23. Abu Ubaidah Ibnul Jarrah, 27 tahun
  24. ‘Utbah bin Ghazwaan, juga 27 tahun
  25. Abu Hudzaifah bin ‘Utbah, sekitar 30 tahun
  26. Bilal bin Rabah, sekitar 30 tahun
  27. ‘Ayyasy bin Rabi’ah, sekitar 30 tahun
  28. ‘Amir bin Rabi’ah, sekitar 30 tahun
  29. Nu’aim bin Abdillah, hampir 30 tahun
  30. ‘Usman bin Mazh’un, sekitar 30 tahun
  31. Abu Salamah, Abdullah bin ‘Abdil Asad Al Makhzumi, sekitar 30 tahun
  32. Abdurrahman bin ‘Auf, 30 tahun
  33. Ammar bin Yasir, antara 30-40 tahun
  34. Abu Bakar Ash Shiddiq, 37 tahun
Sepeninggal Rasulullah saw, kita memiliki sosok seperti Umar bin Abdul Aziz, yang menjadi khalifah sebelum berusia 35 tahun. Karena keadilan dan kebijaksanaannya dalam memimpin, sampai-sampai ia dijuluki sebagai khalifah rasyidah yang ke-5. Kita juga mengenal Muhammad Al-Fatih, yang dalam usia belia memimpin penaklukan Konstantinopel

Adapun di masa kontemporer, kita mengenal sosok seperti Hasan Al-Banna, seorang pemuda yang memelopori pergerakan yang paling berpengaruh di dunia. Peran pemuda juga bisa kita lihat dalam Gerakan mahasiswa di Mesir (1946, membebaskan diri dari hegemoni Inggris, Maidan At-Tahrir), di Yunani (National Union of Greek Students meruntuhkan rezim Papandreou), dan di China (1989, Tragedi Tiananmen).

Di Indonesia, ada Soekarno dan tokoh-tokoh pergerakan pemuda di Indonesia pada zaman kemerdekaan (SDI, Budi Utomo, Perhimpunan Indonesia (Hatta dkk), Sumpah Pemuda, Proklamasi Kemerdekaan). Peran pemuda berikutnya bisa kita lihat dalam gerakan mahasiswa di Indonesia tahun 1965 (Tritura), 1974 (Malari), 1978 (Anti NKK/BKK), dan 1998 (meruntuhkan rezim Suharto).

Demikian pula gerakan perubahan di Timur Tengah tahun 2011 di Tunisia dan Mesir juga dipelopori oleh para pemuda.

Profil pemuda agen perubahan masyarakat – pemuda pelopor, pemuda pemimpin:

Pertama, bertaqwa. Kedua, mandiri: tidak tergantung pada orang lain (berdiri diatas kaki sendiri) serta bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan. Kemandirian disini meliputi: kemandirian emosi (mampu mengendalikan emosi), kemandirian ekonomi, kemandirian intelektual (mampu berinisiatif, kemandirian berpikir dan menciptakan ide/gagasan), dan kemandirian sosial (mampu berinteraksi dengan orang lain secara mandiri).

Ketiga, profesional, artinya mampu bekerja dengan ihsan dan itqan – tekun, kerja keras, berdisiplin, dan memberikan hasil terbaik. Profesionalisme bisa dibangun dengan memanfaatkan kompetensi, baik yang diperoleh dari pendidikan maupun dari pengalaman.
Kelima, peduli , yakni mau melayani masyarakat, karena pemimpin sejatinya adalah pelayan masyarakat. Keenam, berjiwa kepahlawanan, yakni rela berkorban tanpa pamrih, berani, dan siap menjadi perubah, pelopor dan pemimpin.

Bekal yang harus dimiliki oleh pemuda agen perubahan masyarakat:
  1. Conceptual Skill: kemampuan menciptakan ide-ide dan gagasan-gagasan perubahan.
  2. Technical Skill: kemampuan-kemampuan teknis yang dibutuhkan sebagai solusi atas berbagai problematika masyarakat.
  3. Human Skill: kemampuan berhubungan dan berinteraksi dengan manusia lain (relasi interpersonal) dari berbagai komponen masyarakat yang akan diajak untuk melakukan perubahan bersama-sama.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh pemuda sesudah berbekal (tazawwud)? Jawabannya tidak lain adalah bergerak (taharruk) dan beramal, karena nahnu ‘amilun, kita adalah generasi yang gemar bekerja dan beramal.

Sumber: www.muslim-menjawab.com



Qs 17:36
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًۭا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka”.

Merujuk pada Ayat dan hadits di atas, maka alangkah baiknya kalau kita seharusnya tabayun (kroscek) dahulu asal muasal dari perayaan tahun baru masehi.
Kenapa harus 1 Januari? Dan budaya dari kaum apakah perayaan tersebut?
Hal itu dimaksudkan agar kita tidak terjebak oleh ketidaktahuan kita yang akan menyebabkan kita terlempar ke dalam kesesatan.

Sejarah Tahun Baru 1 Januari

Mari kita buka The World Book Encyclopedia tahun 1984, volume 14, halaman 237.

“The Roman ruler Julius Caesar established January 1 as New Year’s Day in 46 BC. The Romans dedicated this day to Janus , the god of gates, doors, and beginnings. The month of January was named after Janus, who had two faces – one looking forward and the other looking backward.”
terjemahan bebasnya kurang lebih begini :
“Penguasa Romawi Julius Caesar menetapkan 1 Januari sebagai hari permulaan tahun baru semenjak abad ke 46 SM. Orang Romawi mempersembahkan hari ini (1 Januari) kepada Janus, dewa segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan (waktu). Bulan Januari diambil dari nama Janus sendiri, yaitu dewa yang memiliki dua wajah – sebuah wajahnya menghadap ke (masa) depan dan sebuahnya lagi menghadap ke (masa) lalu.”,
Perayaan Tahun di beberapa Negara terkait dengan Ritual Keagamaan

Bulan Januari (bulannya Janus) juga ditetapkan setelah Desember dikarenakan Desember adalah pusat Winter Soltice, yaitu hari-hari dimana kaum pagan penyembah Matahari merayakan ritual mereka saat musim dingin. Pertengahan Winter Soltice jatuh pada tanggal 25 Desember, dan inilah salah satu dari sekian banyak pengaruh Pagan pada budaya kristen selain penggunaan lambang Salib Tanggal 1 Januari sendiri adalah seminggu setelah pertengahan Winter Soltice, yang juga termasuk dalam bagian ritual dan perayaan Winter Soltice dalam Paganisme.

tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka—yang tentu saja sangat bertentangan dengan Islam. Contohnya di Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai tanda penghormatan terhadap sang dewa Lemanja—Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara Brazil.

Seperti halnya di Brazil, orang Romawi kuno pun saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).

Sosok dewa Janus dalam mitologi Romawi
Dewa Janus sendiri adalah sesembahan kaum Pagan Romawi, dan pada peradaban sebelumnya di Yunani telah disembah sosok yang sama bernama dewa Chronos. Kaum Pagan, atau dalam bahasa kita disebut kaum kafir penyembah berhala, hingga kini biasa memasukkan budaya mereka ke dalam budaya kaum lainnya, sehingga terkadang tanpa sadar kita mengikuti mereka. Sejarah pelestarian budaya Pagan (penyembahan berhala) sudah ada semenjak zaman Hermaic (3600 SM) di Yunani

Kaum Pagan sendiri biasa merayakan tahun baru mereka (atau Hari Janus) dengan mengitari api unggun, menyalakan kembang api, dan bernyanyi bersama. Kaum Pagan di beberapa tempat di Eropa juga menandainya dengan memukul lonceng atau meniup terompet.

Sedangkan menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh.
Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa , tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.

Bagi orang Persia yang beragama Majūsî (penyembah api), menjadikan tanggal 1 Januari sebagai hari raya mereka yang dikenal dengan hari Nairuz atau Nurus.
Penyebab mereka menjadikan hari tersebut sebagai hari raya adalah, ketika Raja mereka, ‘Tumarat’ wafat, ia digantikan oleh seorang yang bernama ‘Jamsyad’, yang ketika dia naik tahta ia merubah namanya menjadi ‘Nairuz’ pada awal tahun. ‘Nairuz’ sendiri berarti tahun baru. Kaum Majūsî juga meyakini, bahwa pada tahun baru itulah, Tuhan menciptakan cahaya sehingga memiliki kedudukan tinggi.

Kisah perayaan mereka ini direkam dan diceritakan oleh al-Imâm an-Nawawî dalam buku Nihâyatul ‘Arob dan al-Muqrizî dalam al-Khuthoth wats Tsâr. Di dalam perayaan itu, kaum Majūsî menyalakan api dan mengagungkannya –karena mereka adalah penyembah api. Kemudian orang-orang berkumpul di jalan-jalan, halaman dan pantai, mereka bercampur baur antara lelaki dan wanita, saling mengguyur sesama mereka dengan air dan khomr (minuman keras). Mereka berteriak-teriak dan menari-nari sepanjang malam. Orang-orang yang tidak turut serta merayakan hari Nairuz ini, mereka siram dengan air bercampur kotoran. Semuanya dirayakan dengan kefasikan dan kerusakan.

Bagaimana sikap kita?
Setelah kita mengetahui bahwa tradisi Perayaan 1 januari merupakan Perayaan yang terkait dengan ritual keagamaan dan budaya dari kufar ,dan adanya larangan untuk menyerupai sebuah kaum.
maka sebaiknya kita tidak perlu ikut ikutan merayakannya apalagi meniru budaya dari kaum kufar.

semoga kita semua senantiasa ingat Firman Allah ini :

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًۭا

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya
hadîts yang melarang menyepakati perayaan kaum kuffâr banyak sekali. Diantaranya adalah :

عن أنس بن مالك – رضي الله عنه – قال: قدم رسول الله – صلى الله عليه وسلم – المدينة، ولهم يومان يلعبون فيهما، فقال: ما هذان اليومان، قالوا: كنا نلعب فيهما في الجاهلية. فقال رسول الله – صلى الله عليه وسلم –: (إن الله قد أبدلكم بهما خيراً منهما، يوم الأضحى، ويوم الفطر)

Dari Anas bin Mâlik radhiyallâhu ’anhu beliau berkata : Rasūlullâh Shallâllâhu ’alahi wa Sallam tiba di Madînah dan mereka memiliki dua hari yang mereka bermain-main di dalamnya. Lantas beliau bertanya, ”dua hari apa ini?”. Mereka menjawab, ”Hari dahulu kami bermain-main di masa jahiliyah.” Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam mengatakan : ”Sesungguhnya Allôh telah menggantikan kedua hari itu dengan dua hari yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari idul adhhâ dan idul fithri.” [Shahîh riwayat Imâm Ahmad, Abū Dâwud, an-Nasâ`î dan al-Hâkim.]

Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyah rahimahullâhu berkata :
فوجه الدلالة أن اليومين الجاهليين لم يقرهما رسول الله – صلى الله عليه وسلم – ولا تركهم يلعبون فيهما على العادة، بل قال إن الله قد أبدلكم بهما يومين آخرين، والإبدال من الشيء يقتضي ترك المبدل منه، إذ لا يجمع بين البدل والمبدل منه.
”Sisi pendalilan hadîts di atas adalah, bahwa dua hari raya jahiliyah tersebut tidak disetujui oleh Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam dan Rasūlullâh tidak meninggalkan (memperbolehkan) mereka bermain-main di dalamnya sebagaimana biasanya. Namun beliau menyatakan bahwa sesungguhnya Allôh telah mengganti kedua hari itu dengan dua hari raya lainnya. Penggantian suatu hal mengharuskan untuk meninggalkan sesuatu yang diganti, karena suatu yang mengganti dan yang diganti tidak akan bisa bersatu.”

Adapun âtsar sahabat dan ulama salaf dalam masalah ini, sangatlah banyak. Diantaranya adalah ucapan ’Umar radhiyallâhu ’anhu, beliau berkata :

اجتنبوا أعداء الله في عيدهم
Jauhilah hari-hari perayaan musuh-musuh Allôh.” [Sunan al-Baihaqî IX/234].

’Abdullâh bin ’Amr radhiyallâhu ’anhumâ berkata :

من بنى ببلاد الأعاجم وصنع نيروزهم ومهرجانهم ، وتشبه بهم حتى يموت وهو كذلك حُشِر معهم يوم القيامة
”Barangsiapa yang membangun negeri orang-orang kâfir, meramaikan peringatan hari raya nairuz (tahun baru) dan karnaval mereka serta menyerupai mereka sampai meninggal dunia dalam keadaan demikian. Ia akan dibangkitkan bersama mereka di hari kiamat.” [Sunan al-Baihaqî IX/234].

Imâm Muhammad bin Sîrîn berkata :
: أُتي على -رضي الله عنه- بهدية النيروز. فقال : ما هذا ؟ قالوا : يا أمير المؤمنين هذا يوم النيروز . قال : فاصنعوا كل يوم فيروزاً . قال أسامة : كره أن يقول : نيروز

’’Alî radhiyallâhu ’anhu diberi hadiah peringatan Nairuz (Tahun Baru), lantas beliau berkata : ”apa ini?”. Mereka menjawab, ”wahai Amîrul Mu’minîn, sekarang adalah hari raya Nairuz.” ’Alî menjawab, ”Jadikanlah setiap hari kalian Fairuz.” Usâmah berkata : Beliau (’Alî mengatakan Fairuz karena) membenci mengatakan ”Nairuz”. [Sunan al-Baihaqî IX/234].

Imâm Baihaqî memberikan komentar :

وفي هذا الكراهة لتخصيص يوم بذلك لم يجعله الشرع مخصوصاً به

”Ucapan (’Alî) ini menunjukkan bahwa beliau membenci mengkhususkan hari itu sebagai hari raya karena tidak ada syariat yang mengkhususkannya.”
Apabila demikian ini sikap manusia-manusia terbaik, lantas mengapa kita lebih menerima pendapat dan ucapan orang-orang yang jâhil dan mengikuti budaya kaum kuffâr daripada ucapan para sahabat yang mulia ini.

Hari Raya Kita Adalah Idul Fithri dan Idul Adhhâ serta Jum’at

Di dalam hadîts yang diriwayatkan oleh Ummul Mu’minîn, ’Â`isyah ash-Shiddîqah binti ash-Shiddîq radhiyallâhu ’anhumâ, beliau menceritakan bahwa ayahanda beliau, Abū Bakr radhiyallâhu ’anhu mengunjungi Rasūlullâh. Kemudian Abū Bakr mendengar dua gadis jâriyah menyanyi dan mengingkarinya. Mendengar hal ini,

Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam bersabda :
يا أبا بكر ! إن لكل قوم عيداً وإن عيدنا هذا اليوم
Wahai Abū Bakr, sesungguhnya setiap kaum itu mempunyai hari raya dan hari raya kita adalah pada hari ini.” [HR Bukhârî].

Dari hadîts di atas, ada dua hal yang bisa kita petik :
Pertama, sabda Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam : ”Sesungguhnya setiap kaum itu mempunyai hari raya” menunjukkan bahwa setiap kaum itu memiliki hari raya sendiri-sendiri.

Hal ini sebagaimana firman Allôh Ta’âlâ :
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجاً
Untuk tiap-tiap (ummat) diantara kalian ada aturan dan jalannya yang terang (tersendiri).” [QS al-Mâ`idah : 48].

Ayat di atas menunjukkan bahwa Allôh memberikan aturan dan jalan sendiri-sendiri secara khusus. Kata Lâm (لِ) pada kata Likullin (لِكُلٍّ) menunjukkan makna ikhtishâsh (pengkhususan). Apabila orang Yahūdi memiliki hari raya dan orang Nashrâni juga memiliki hari raya, maka hari-hari raya itu adalah khusus bagi mereka dan tidak boleh bagi kita, kaum muslimin, ikut turut serta dalam perayaan mereka, sebagaimana kita tidak boleh ikut dalam aturan dan jalan mereka.

Kedua, sabda Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam : وإن عيدنا هذا اليوم (Dan hari raya kita adalah pada hari ini”), dalam bentuk ma’rifah (definitif) dengan lâm dan idhâfah menunjukkan hasyr (pembatasan), yaitu bahwa jenis hari raya kita dibatasi hanya pada hari itu. Dan hari tersebut di sini masuk pada cakupan hari raya ’îdul Fithri dan ’îdul Adhhâ, seperti dalam perkataan para ulama fikih :
لا يجوز صوم يوم العيد
”Tidak boleh berpuasa pada hari raya”.

Maka maksudnya tentu saja, tidak boleh berpuasa pada dua hari raya ’Idul Fithri dan ’Idul Adhhâ.

Dalîl lainnya adalah hadîts Anas bin Mâlik :
عن أنس بن مالك – رضي الله عنه – قال: قدم رسول الله – صلى الله عليه وسلم – المدينة، ولهم يومان يلعبون فيهما، فقال: ما هذان اليومان، قالوا: كنا نلعب فيهما في الجاهلية. فقال رسول الله – صلى الله عليه وسلم –: (إن الله قد أبدلكم بهما خيراً منهما، يوم الأضحى، ويوم الفطر)

Dari Anas bin Mâlik radhiyallâhu ’anhu beliau berkata : Rasūlullâh Shallâllâhu ’alahi wa Sallam tiba di Madînah dan mereka memiliki dua hari yang mereka bermain-main di dalamnya. Lantas beliau bertanya, ”dua hari apa ini?”. Mereka menjawab, ”Hari dahulu kami bermain-main di masa jahiliyah.” Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam mengatakan : ”Sesungguhnya Allôh telah menggantikan kedua hari itu dengan dua hari yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari idul adhhâ dan idul fithri.” [Shahîh riwayat Imâm Ahmad, Abū Dâwud, an-Nasâ`î dan al-Hâkim.]

Adapun Jum’at, maka termasuk hari raya kaum muslimin yang berulang-ulang dalam tiap pekannya. Sehingga dengannya telah cukup bagi kita dan tidak mencari hari-hari perayaan lainnya.

Dalîl hal ini adalah, sabda Nabî yang mulia Shallâllâhu ’alahi wa Sallam :

أضل الله عن الجمعة من كان قبلنا ، فكان لليهود يوم السبت، وكان للنصارى يوم الأحد فجاء الله بنا، فهدانا الله ليوم الجمعة، فجعل الجمعة والسبت والأحد ، وكذلك هم تبع لنا يوم القيامة، نحن الآخرون من أهل الدنيا ، والأولون يوم القيامة، المقتضي لهم

”Alloh simpangkan dari hari Jum’at umat sebelum kita, dahulu Yahudi memiliki (hari agung) pada hari Sabtu dan Nashrani pada hari Ahad. Kemudian Allôh datangkan kita dan Alloh anugerahi kita dengan hari Jum’at, lantas Alloh jadikan hari Jum’at, Sabtu dan Ahad. Demikianlah, mereka adalah kaum yang akan mengekor kepada kita pada hari kiamat sedangkan kita adalah umat yang terakhir dari para penduduk dunia namun umat yang awal pada hari kiamat, yang diadili (pertama kali) sebelum makhluk-makhluk lainnya. [HR Muslim]

Dari Ibnu ’Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata, Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda :

إن هذا يوم عيد جعله الله للمسلمين فمن جاء الجمعة فليغتسل…
Sesungguhnya hari ini adalah hari ’Ied yang Alloh jadikan bagi kaum Muslimin, barangsiapa yang mendapati hari Jum’at hendaknya ia mandi…” [HR Ibnu Majah dalam Shahih at-Targhib I/298].

Semoga setelah membaca tulisan in,kita bisa menentukan sikap dalam menyikapi perayaan 1 januari sebagai tahun baru.
dan sikap kita bukan atas dasar sekedar ikut ikutan , tetapi pilihan kita adalah yang berdasarkan pengetahuan. karena kita sadar betul bahwa semuanya akan dimintai pertanggungan jawab di Yaumil Hisab kelak.

***
Sumber: www.muslim-menjawab.com
Jumat, 27 Desember 2013

Wanita dan Parfum

"Apabila seorang wanita memakai wewangian, kemudian lewat pada suatu tempat, maka dia itu seperti wanita yang berbuat zina." (HR Tirmidzi)

-
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah ditanya oleh seorang wanita:

Bolehkah aku shalat dalam keadaan memakai parfum?

Jazakumullah khoiron.

Jawaban Syaikh rahimahullah:

Na’am. Shalat dalam keadaan memakai parfum itu dibolehkan, bahkan dibolehkan bagi laki-laki dan perempuan yang beriman. Akan tetapi wanita hanya boleh menggunakan parfum ketika berada di rumah di sisi suaminya. Dan tidak boleh seorang wanita menggunakan parfum ketika ia keluar ke pasar atau ke masjid. Adapun bagi laki-laki, ia dibolehkan untuk mengenakan parfum ketika berada di rumah, ketika ke pasar, atau ke masjid. Bahkan mengenakan parfum bagi pria termasuk sunnah para Rasul.

Apabila seorang wanita shalat di rumahnya dalam keadaan memakai berbagai wangian …. , maka itu baik. Seperti itu tidaklah mengapa bahkan dianjurkan mengenakannya. Akan tetapi, ketika wanita tersebut keluar rumah, maka ia tidak boleh keluar dalam keadaan mengenakan parfum yang orang-orang dapat mencium baunya. Janganlah seorang wanita keluar ke pasar atau ke masjid dalam keadaan mengenakan parfum semacam itu. Hal ini dikarenakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarangnya.

[Fatawa Nur ‘alad Darb, 7/291, cetakan Ar Riasah Al ‘Ammah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’, Riyadh-KSA, cetakan pertama, thn 1429 H]

***

Yang dimaksudkan hadits larangan tersebut adalah sebagai berikut:

Dari Abu Musa Al Asy’ary bahwanya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ

“Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur.” (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad. Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 323 mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Dari Yahya bin Ja’dah, “Di masa pemerintahan Umar bin Khatab ada seorang perempuan yang keluar rumah dengan memakai wewangian. Di tengah jalan, Umar mencium bau harum dari perempuan tersebut maka Umar pun memukulinya dengan tongkat. Setelah itu beliau berkata,

تخرجن متطيبات فيجد الرجال ريحكن وإنما قلوب الرجال عند أنوفهم اخرجن تفلات

“Kalian, para perempuan keluar rumah dengan memakai wewangian sehingga para laki-laki mencium bau harum kalian?! Sesungguhnya hati laki-laki itu ditentukan oleh bau yang dicium oleh hidungnya. Keluarlah kalian dari rumah dengan tidak memakai wewangian”. (HR.

Abdurrazaq dalam al Mushannaf no 8107)

Dari Ibrahim, Umar (bin Khatab) memeriksa shaf shalat jamaah perempuan lalu beliau mencium bau harum dari kepala seorang perempuan. Beliau lantas berkata,

لو أعلم أيتكن هي لفعلت ولفعلت لتطيب إحداكن لزوجها فإذا خرجت لبست أطمار وليدتها

“Seandainya aku tahu siapa di antara kalian yang memakai wewangian niscaya aku akan melakukan tindakan demikian dan demikian. Hendaklah kalian memakai wewangian untuk suaminya. Jika keluar rumah hendaknya memakai kain jelek yang biasa dipakai oleh budak perempuan”. Ibrahim mengatakan, “Aku mendapatkan kabar bahwa perempuan yang memakai wewangian itu sampai ngompol karena takut (dengan Umar)”. (HR. Abdur Razaq no 8118)

Semoga bermanfaat. Wallahu waliyyut taufiq.
Riyadh-KSA, 7th Safar 1432 H, 11/01/2011
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
(Source: www.muslim.or.id)
Senin, 23 Desember 2013
“…Dan para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d [13]:23-24)
Sabar termasuk akhlak yang paling utama yang banyak mendapat perhatian Al-Qur’an dalam surat-suratnya. Imam al-Ghazali berkata, “Allah swt menyebutkan sabar di dalam al-Qur’an lebih dari 70 tempat.”
Ibnul Qoyyim mengutip perkataan Imam Ahmad: “Sabar di dalam al-Qur’an terdapat di sekitar 90 tempat.”
Abu Thalib al-Makky mengutip sebagian perkataan sebagian ulama: “Adakah yang lebih utama daripada sabar, Allah telah menyebutkannya di dalam kitab-Nya lebih dari 90 tempat. Kami tidak mengetahui sesuatu yang disebutkan Allah sebanyak ini kecuali sabar.”
Sabar menurut bahasa berarti menahan dan mengekang. Di antaranya disebutkan pada QS.Al-Kahfi [18]: 28 “Dan tahanlah dirimu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan di senja hari dengan mengharap keridhaanNya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka.”

Kebalikan sabar adalah jaza’u (sedih dan keluh kesah), sebagaimana di dalam firman Allah QS. Ibrahim [14]: 21, “…sama saja bagi kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.”

Macam-macam Sabar Dalam al-Qur’an
Aspek kesabaran sangat luas, lebih luas dari apa yang selama ini dipahami oleh orang mengenai kata sabar. Imam al-Ghazali berkata, “Bahwa sabar itu ada dua; pertama bersifat badani (fisik), seperti menanggung beban dengan badan, berupa pukulan yang berat atau sakit yang kronis. Yang kedua adalah al-shabru al-Nafsi (kesabaran moral) dari syahwat-syahwat naluri dan tuntutan-tuntutan hawa nafsu.
Bentuk kesabaran ini (non fisik) beraneka macam;
  • Jika berbentuk sabar (menahan) dari syahwat perut dan kemaluan disebut iffah
  • Jika di dalam musibah, secara singkat disebut sabar, kebalikannya adalah keluh kesah.
  • Jika sabar di dalam kondisi serba berkucukupan disebut mengendalikan nafsu, kebalikannya adalah kondisi yang disebut sombong (al-bathr)
  • Jika sabar di dalam peperangan dan pertempuran disebut syaja’ah (berani), kebalikannya adalah al-jubnu (pengecut
  • Jika sabar di dalam mengekang kemarahan disebut lemah lembut (al-hilmu), kebalikannya adalah tadzammur (emosional)
  • Jika sabar dalam menyimpan perkataan disebut katum (penyimpan rahasia)
  • Jika sabar dari kelebihan disebut zuhud, kebalikannya adalah al-hirshu (serakah)
Kebanyakan akhlak keimanan masuk ke dalam sabar, ketika pada suatu hari Rasulullah saw ditanya tentang iman, beliau menjawab: Iman aadalah sabar. Sebab kesabaran merupakan pelaksanaan keimanan yang paling banyak dan paling penting. “Dan orang-orang yang sabar dalam musibah, penderitaan dan dalam peperangan mereka itulah orang-orang yang benar imannya, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (QS. Al-Baqarah [2]: 177)
Dari itu kita dapat memahami mengapa al-Qur’an menjadikan masalah sabar sebagai kebahagiaan di akhirat, tiket masuk ke surga dan sarana untuk mendapatkan sambutan para malaikat. Dalam surat Al-Insan [72]: 12 “Dan Dia memberi balasan kepada mereka atas kesabaran mereka dengan surga dan (pakaian) sutera”. Dalam surat Ar-Ra’d [13]:23-24 “…Dan para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.”

Sabar, Suatu Kekhasan Manusia
Sabar adalah kekhasan manusia, sesuatu yang tidak terdapat di dalam binatang sebagai faktor kekurangannya, dan di dalam malaikat sebagai faktor kesempurnaannya.
Binatang telah dikuasai penuh oleh syahwat. Karena itu, satu-satunya pembangkit gerak dan diamnya hanyalah syahwat. Juga tidak memiliki “kekuatan” untuk melawan syahwat dan menolak tuntutannya, sehingga kekuatan menolak tersebut bisa disebut sabar.
Sebaliknya, malaikat dibersihkan dari syahwat sehingga selalu cenderung kepada kesucian ilahi dan mendekat kepada-Nya. Karena itu tidak memerlukan “kekuatan” yang berfungsi melawan setiap kecenderungan kepada arah yang tidak sesuai dengan kesucian tersebut.
Tetapi manusia adalah makhluk yang dicipta dalam suatu proses perkembangan; merupakan makhluk yang berakal, mukallaf (dibebani) dan diberi cobaan, maka sabar adalah “kekuatan” yang diperlukan untuk melawan “kekuatan” yang lainnya. Sehingga terjadilah “pertempuran” antara yang baik dengan yang buruk. Yang baik dapat juga disebut dorongan keagamaan dan yang buruk disebut dorongan syahwat.
dakwatuna.com - Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
sahabat-sahabat Kerohanian Islam atau sering dikenal ROHIS di seluruh Indonesia, baik tingkat menengah ataupun atas, semoga Allah memberikan keistiqamahan dalam jalan kalian, dalam keikutsertaan kalian baik aktif ataupun pasif.

Saya hanya ingin sedikit sharing dengan kalian, tentang ROHIS ini, tentang pengalaman, tentang cerita suka dan duka, tentang manfaat teman-teman bergabung dengan ROHIS.

ROHIS, sebuah lembaga yang telah membesarkanku, mendidik dan mengajarkan tentang berbagai hal.

ROHIS merupakan satu lembaga ekstrakurikuler yang lengkap menurut pandangan saya,

ia mengajarkan untuk berorganisasi,
ia mengajarkan untuk dakwah dan ibadah,
ia mengajarkan untuk membina lingkungan sekolah,
ia mengajarkan untuk perencanaan kegiatan,
ia mengajarkan untuk komunikasi efektif,
ia mengajarkan untuk olahraga dan pendidikan jasmani,
ia mengajarkan untuk berjiwa sosial kemasyarakatan,
ia mengajarkan untuk menjadi pemimpin sejati,
ia mengajarkan segala hal yang kita butuhkan dan segala hal yang tidak kita butuhkan tapi bermanfaat untuk kita.

Namun satu hal yang tidak akan ditemui di ekskul manapun adalah ROHIS bisa menjadi jalan Hidayah bagi siapa pun termasuk pengurus dan anggotanya. inilah yang akan kita bahas teman-teman.

Jalan kebaikan, jalan petunjuk dan jalan hidayah, insya Allah.
Meskipun kita tidak merasakannya ketika aktif di ROHIS, tidak merasakan seketika itu juga, tapi yakinlah, suatu saat, kita akan menemukan sentuhan tersembunyi yang telah menjadikan kita seperti sekarang ini.

Mungkin ketika kuliah, atau setelah kerja, atau bahkan ketika tua renta, kita baru teringat, bahwa awal mula kita mengenal tarbiyah islamiyah (pembinaan Islam) adalah di ROHIS ini.
Awal yang mengubah emosi jiwa menjadi jiwa yang teduh penuh cinta,

mengubah dosa menjadi amal pahala,
mengubah rasa takut menjadi berani penuh semangat,
mengubah cara pandang negatif menjadi positif,
Semua mungkin berawal dari sini, dari ROHIS ini.

Oleh karena itu, saya hanya ingin berpesan, siapa pun kita, apapun latar belakang kita, semaksiat-maksiatnya kita, jangan sampai kita meninggalkan organisasi ini, karena ia adalah jalan yang Allah sediakan, untuk membuka hati, membuka emosi, membuka jalan hidayahNya.

Jalan yang menghadirkan pelaku-pelaku kebaikan,
jalan ukhuwah dan kebersamaan yang erat menyatukan semua potensi kejujuran,
jalan yang suatu saat akan membuat kita sadar, bahwa di sinilah kita dibesarkan,
dengan segudang masalah,

Tetaplah berada bersama para pelaku kebaikan,
niscaya kebaikan itu akan mengikutimu,
dan akan mengubah paradigmamu,
bahkan mengubah maksiat-maksiatmu,
Yakin dan tetapkan tekadmu,
inilah jalan terbaik untuk masa depanmu,
bersama ROHIS, aku tetapkan yakinku.

Untuk sahabat ROHIS di seluruh Indonesia, para alumninya,
khusus ROHIS SMA N 55 dan Keluarga Alumni Rohis SMA N 55 (KARIMA),
mari kita bersama menjadi penerus peradaban,
yang melahirkan generasi-generasi rabbani,
mari kita sambut seruan yang mulia,
mari bersama ikuti langkah perjuangan,
di medan dakwah sekolah kita tercinta.

FAJAR FATAHILLAH
- Alumni ROHIS SMAN 55 Jakarta (2004-2006)
- Keluarga Alumni Rohis SMAN 55 (KARIMA)

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/09/14991/bersama-rohis-kutetapkan-yakinku/#ixzz1svMe7rFz



PROFIL


I.                   Pendahuluan
Pemuda adalah elemen bangsa yang menentukan masa depan bangsa. Merekalah yang nantinya menjadi generasi penerus bangsa ini. Semangat yang terus membara membuat mereka rela berjuang untuk mendapatkan hal yang dicitakan. Daya kreatifitas, inovasi, serta pemikiran yang luas adalah hal utama yang dimiliki pemuda dalam menentukan perubahan bangsa ini.
Fakta masa kini, pemuda menghadapi dilema yang cukup besar. Banyak faktor yang dapat menjerumuskan generasi muda bangsa, khususnya pelajar. Potensi besar dalam diri generasi muda, bisa terkubur oleh hal-hal yang merusak mereka, sehingga masa depannya menjadi suram. Mulai dari perkelahian pelajar (tawuran), narkoba, pergaulan bebas dan hedonisme yang menyerang diri mereka dari berbagai penjuru dan waktu. Generasi muda sebagai calon pemimpin bangsa hari demi hari semakin terpuruk.
Namun demikian, ternyata dibalik semua permasalahan yang menimpa generasi muda bangsa ini masih ada bahkan banyak pemuda (baca: pelajar) yang sadar akan jatidiri mereka dan menjadi penggerak dalam melakukan perbaikan. Yang paling utama adalah membentuk generasi muda yang kreatif, mandiri dan berakhlak mulia. Menjadikan pemuda yang memiliki kecerdasan spiritual, emosional dan intelektual guna melakukan perubahan peradaban bangsa yang lebih baik.
Berangkat dari sebuah keinginan guna menyelamatkan generasi muda bangsa dan mempererat persatuan dan kesatuan antarpelajar maka muncul keinginan untuk membuat sebuah organisasi kepemudaan yang legal dibawah bimbingan pemerintah.


II.                Latar Belakang dan Sejarah Farohis
Latar Belakang
Kabupaten Wonogiri memiliki wilayah geografis yang sangat luas, waduk yang membentang serta gunung–gunung yang berdiri kokoh. Untuk menyatukan langkah dan cita–cita generasi muda (pelajar) muslim yang tergabung dalam OSIS Sekbid Ketaqwaan atau biasa disebut ROHIS (Kerohanian Islam), maka diperlukan sebuah wadah organisasi yang mampu menampung kreatifitas dan ide-ide positif demi kemajuan bangsa.
Sejarah Pendirian Farohis
Maka pada tahun 1999 dibentuklah sebuah forum guna mempererat tali ukhuwah islamiyah (tali persaudaraan islamiyah) antar Pelajar Muslim di Kabupaten Wonogiri dengan nama Forum Aktifis Kerohanian Islam Kabupaten Wonogiri atau sering disebut dengan FAROHIS. Pada awal pendiriannya, yang tergabung dalam Farohis dari SMA Negeri 1 Wonogiri, SMA Negeri 2 Wonogiri dan SMA Negeri 3 Wonogiri. Kegiatan yang dilakukan pun masih sangat sedikit karena anggota yang bergabung hanya perwakilan dari sekolah tersebut, yaitu seputar kajian keislaman. Seiring berjalannya waktu, keanggotaan Farohis semakin luas. Beberapa SLTA yang ada di Kecamatan Wonogiri bergabung, yaitu SMKN 1 Wonogiri, SMK Sudirman 1 dan 2, MAN Wonogiri, SMK Pancasila 1 Wonogiri, SMA Gajah Mungkur dan SMK Pancasila 5 Wonogiri.
Untuk mempermudah kegiatan–kegiatan di sekolah-sekolah, maka FAROHIS melakukan pendekatan dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri. Akhirnya pada tanggal 24 September 2001, Bapak Drs. Bambang Eko Sarwono, MM yang saat itu menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan Wonogiri mengesahkan terbentuknya FAROHIS Kabupaten Wonogiri di bawah bimbingan Kasi Kepemudaan dan Olahraga. Mulai hari itu, FAROHIS menggunakan kesekretariatan di KPO Dinas Pendidikan. Dengan anggota sebanyak 45 orang, kegiatan-kegiatan yang dilakukan bisa berjalan dengan lancar dan terprogram dengan baik. Dari segi pendanaan, Alhamdulillah mendapat bantuan dari Dinas, walaupun begitu penghimpunan dana melalui iuran anggota, donatur, dan sponsor tetap dilakukan.
Waktu terus berlalu, Farohis semakin berkembang. Pada tahun 2003, Wonogiri menjadi proyek percontohan dakwah sekolah tingkat Nasional melalui Farohis. Sekarang Farohis tidak hanya di kecamatan Wonogiri saja, namun sudah mencangkup hampir seluruh wilayah di Kabupaten Wonogiri. Untuk mengoptimalkan kegiatan dan komunikasi FAROHIS Kabupaten Wonogiri maka dibentuklah Sektor yang terkoordinasi. Adapun wilayah pembagian sektor adalah sebagai berikut
1.            Sektor Timur      : Sidoharjo, Jatisrono, Slogohimo, Purwantoro, Bulukerto
2.            Sektor Tenggara : Tirtomoyo, Baturetno
3.            Sektor Selatan    : Wuryantoro, Manyaran, Pracimantoro
Pada 23 September 2012, terbentuklah FORNUSA (Forum Rohis Nusantara) yang berpusat di Jakarta. Hal ini semakin memperkuat kedudukan Rohis di Indonesia khususnya Farohis yang bergerak di Wonogiri. Farohis juga mengikuti Musyawarah Nasional pada Juli 2013 dalam pembentukan organisasi FORNUSA.


III.             Tujuan
FAROHIS Kabupaten Wonogiri didirikan dengan tujuan:
1.      Terciptanya rasa persatuan dan kesatuan antar pelajar Islam
2.      Terjalinnya hubungan yang komunikatif dan proaktif antar OSIS Sekbid Ketaqwaan (Rohis) SMA/SMK/MA, SMP/MTs di Kabupaten Wonogiri dalam bingkaian Ukhuwah Islamiyah.
                  3.      Terciptanya generasi pelajar Islam yang cerdas intelektual, spiritual dan emosional.
4.      Membentuk pribadi muslim yang kaffah.
5.      Tegaknya syariat Islam dengan usaha yang diperintahkan dalam Al-Quran dan Sunnah.
IV.             Status, Sifat dan Keanggotaan
1.      FAROHIS adalah organisasi pelajar Islam yang bergabung dalam OSIS Sekbid Ketaqwaan (Rohis) SLTA dan SLTP sederajat Se-Kabupaten Wonogiri.
2.      FAROHIS bersifat independen dan tidak terikat oleh suatu organisasi, lembaga,  LSM, atau parpol tertentu.
3.      FAROHIS berada di bawah naungan bimbinan Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri.
4.      Anggota FAROHIS Kabupaten Wonogiri :
a.      Anggota Biasa
Adalah seluruh pelajar muslim tingkat SLTA dan SLTP sederajat se Kabupaten Wonogiri.
b.      Anggota Aktif
Adalah pelajar muslim tingkat SLTA dan SLTP sederajat se-Kabupaten Wonogiri yang aktif menjadi pengurus FAROHIS periode yang berjalan.
V.                Program Kerja
Program kerja Farohis Kabupaten Wonogiri disusun dan ditetapkan sebagai pedoman melakukan kegiatan oleh Pengurus periode yang berjalan.
Beberapa Program kerja FAROHIS adalah sebagai berikut :
1.      Jangka Panjang
a.      Jumpa Siswa Baru
Jumpa Siswa Baru dilaksanakan setiap 1 tahun sekali dan melibatkan semua perwakilan SLTA dan SLTP sederajat Se-Kab. Wonogiri. Tempat kegiatan JSB ini dilakukan secara anjangsana (bergiliran). Kegiatan ini dilakukan untuk mengenalkan Farohis sekaligus menjalin rasa persatuan dan kesatuan antar pelajar.
b.      FARIS (Festival Remaja Islam)
FARIS adalah kegiatan Festival yang diperuntukkan remaja Islam SLTA dan SLTP sederajat. Kegiatan tersebut berisi lomba bertemakan Islam seperti lomba CCI, Tahfidz, Da’i, Mading, dan lain-lain. Selain lomba, ada pula Farohis Award dan banyak hiburan yang menarik.
c.       Wah Jielma Putri (WJP)
WJP adalah kegiatan yang paling dinanti oleh pelajar putri (akhwat). Kegiatan ini melibatkan semua pelajar putri SLTA dan SLTP sederajat. Adapun kegiatan yang diselenggarakan dalam WJP adalah Seminar/Ceramah Keputrian, Lomba Memasak, Lomba peragaan busana muslim, lomba teater, lomba nasyid dan lomba kaligrafi. Kegiatan ini dilaksanakan di sekolah secara bergiliran.
d.      Halal bihalal
Kegiatan halal bihalal dilakukan setiap bulan syawal antara Farohis dengan Alumni Farohis. Kegiatan ini sebagai sarana silaturahim dan berbagi  informasi antara pengurus Farohis dengan Alumni Farohis.
e.       Reorganisasi dan Upgrading
Sebagai organisasi pelajar, tentunya memiliki masa jabatan kurang dari 3 tahun. Setiap berakhirnya masa jabatan pengurus maka akan diadakan reorganisasi sebagai langkah meneruskan perjuangan ini. Pengurus baru yang telah terbentuk selanjutnya akan dikukuhkan dan mendapat pelatihan dasar kepemiminan dalam kegiatan Upgrading.
f.       Bank Jilbab Farohis
Bank Jilbab Farohis adalah sebagai sarana membantu pelajar putri yang ingin mengenakan jilbab (pakaian muslimah) tetapi tidak mampu dalam pembiayaan. Pakaian seragam sekolah yang dihimpun oleh Farohis berasal dari alumni yang telah lulus, donator dan kerjasama dengan lembaga sosial lain. Selain itu, Bank Jilbab juga berperan dalam kegiatan Jilbasisasi berupa sosialisasi berhijab dengan syar’i dan gerakan menutup aurat untuk pelajar putri.

2.      Jangka Menengah
a.      Rihlah (Perjalanan Islami)
Rihlah Farohis adalah kegiatan yang dilakukan untuk mentadzaburi  ciptaan Allah oleh semua anggota Farohis putra/putri. Tempat tujuan rihlah adalah pegunungan, pantai ataupun tempat yang lainnya.
b.      Outbound
Outbound dilaksanakan sebagai bentuk pelatihan kepemimpinan, kerjasama, dan jasadiyah yang dikemas dalam kegiatan menarik sehingga dapat melepas kepenatan yang dirasakan saat berada di sekolah.
c.       Seminar Pendidikan dan Kajian Islam
Kegiatan Seminar dan Kajian Islam diadakan bergantian setiap 1 bulan sekali. Seminar bertemakan pedidikan yang menambah wawasan atau ilmu pegetahuan. Kajian Islam ialah kegiatan mengkaji ilmu-ilmu diniyah seperti Aqidah, Fiqh, Shiroh, Ilmu Al-Quran dan Hadits yang dilaksanakan secara menarik. InsyaAllah menambah ilmu, iman, dan ketaqwaan.
d.      Kajian Farohis Nisa’ (KAHISNA)
Kegiatan beupa ceramah dialog yang khusus untuk Akhwat (Wanita) dan membahas hal-hal yang khusus untuk mereka pula.
e.       Silaturahim Rohis
Farohis Kabupaten Wonogiri mengunjungi Rohis-Rohis di Wonogiri dalam rangka menjalin Ukhuwah. Dengan kegiatan seperti ini, Farohis dapat melihat secara langsung keadaan Rohis-Rohis. Farohis juga menjalin silaturahim dengan Forum Rohis di berbagai daerah serta mengadakan Silaturahim Akbar Rohis se-Kabupaten Wonogiri.
f.       Buka Bersama
Kegiatan buka bersama yang bertujuan untuk menjalin silaturahim dalam rangka meningkatkan ukhuwah islamiyah antar anggota.
g.      Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT)
Untuk meningkatkan rasa ukhuwah islamiyah antar anggota, salah satu kegiatan yang Farohis lakukan adalah MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa). Bentuk kegiatan ini adalah bermalam di Masjid atau sekolah dengan kegiatan sharing, tausiyah, diskusi, dan kegiatan menarik lainnya.

3.      Jangka Pendek
a.      Buletin Dakwah Real Muslim dan Media Dakwah lain
Pengadaan buletin Farohis ini bertujuan sebagai media syiar islam dan salah satu produk Farohis sebagai penghasil income bagi Kas Farohis. Nama buletin Farohis adalah REAL MUSLIM. Terbit setiap bulan yang disebarkan keseluruh sekolah di Kabupaten Wonogiri. Selain berdakwah melalui Buletin, Farohis juga menyerukan kebenaran melalui Selebaran, Poster, Web Blog, Media sosial, Spandukisasi dan Stikerisasi.
b.      Spandukisasi dan Stikrerisasi
Sebagai organisasi kepemudaan yang islami maka Farohis dalam setiap event dan kegiatan dan hari besar Islam/nasional, Farohis membuat himbauan, motivasi, pendapat maupun kreatifitas dengan spandukisasi dan stikerisasi.

4.      Insidental
a.      Aksi Solidaritas Muslim
Aksi kemanusiaan menyuarakan kepedulian dan penggalangan dana terhadap Saudara-saudara kita yang sedang mengalami musibah seperti Palestina, Suriah, Mesir, Myanmar, Tsunami Aceh, dan lain-lain.
b.      Aksi Anti Corat-Coret Kelulusan
Aksi ini merupakan aksi penolakan adanya perayaan kelulusan sekolah dengan kegiatan corat-coret dan hura-hura. Selain itu Farohis melakukan penggalangan seragam sekolah untuk diberikan kepada yang membutuhkan. Kami menghimbau kepada pelajar yang lulus agar bersyukur, dan meluapkan kegembiraan dan rasa syukurnya dengan hal- hal positif. Salah satunya dengan menyalurkan seragam mereka kepada yang membutuhkan.
c.       Peduli Sosial
Sebagai organisasi yang berasaskan islam, maka kepekaan terhadap kondisi masyarakat haruslah tinggi. Hal inilah yang mendorong kami untuk melakukan kegiatan Bakti Sosial, Pemberian bantuan air bersih, kegiatan Go Green, dan kegiatan Sosial lainnya.
DIVISI
Divisi adalah pembagian tugas sesuai spesialisasi. Sehingga diharapkan dapat mewujudkan kinerja pengurus yang berjalan dengan lebih baik. Farohis memiliki beberapa Divisi dalam menjalankan Organisasi.

a          a. Divisi Development
Meneliti dan mengembangkan Farohis dalam mewujudkan cita-cita. Secara umum, Divisi ini mengusahakan berjalannya organisasi dengan membantu pelaksanaan proker Farohis dan mengondisikan Farohis menjadi organisasi yang profesional.

b          b. Divisi Kaderisasi
Menjalankan rekrutmen Farohis dan melakukan pembinaan pengurus Farohis baik Dieniyah maupun organisasi. Divisi ini mengusahakan terciptanya generasi pelajar Islam yang cerdas intelektual, spiritual dan emosional serta membentuk pribadi muslim yang kaffah.

  1. Divisi Ukhuwah
Menjaga ukhuwah atau rasa persaudaraan antar pengurus dengan kegiatan-kegiatan yang menarik. Hal ini dimaksudkan agar pengurus Farohis dapat istiqomah berorganisasi. Divisi ini juga menjalankan fungsi kehumasan sebagai suatu usaha untuk menjaga ukhuwah.

  1. Divisi Dana Usaha
Mengelola dana Farohis dan mengusahakan suatu usaha mandiri. Divisi ini dapat mengembangkan kemandirian dan kemampuan berwirausaha. Kegiatan dari Divisi ini juga dapat menambah kas yang diperoleh dari usaha mandiri.


  1. Divisi Event
Mempersiapkan kegiatan-kegiatan Farohis. Eksistensi suatu organisasi dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukannya. Divisi ini mengusahakan terlaksananya suatu event Farohis dengan menciptakan kegiatan yang kreatif dan bermanfaat.



  1. Divisi Media Syiar
Menciptakan dan mengelola media komunikasi dan informasi. Divisi inilah yang menciptakan media dakwah seperti Buletin, Blog, Poster, Stiker, dan lain-lain. Ini merupakan salah satu usaha dalam menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran.

  1. Divisi Peduli
Peduli terhadap Rohis di Wonogiri serta masyarakat secara umum. Membantu Rohis-rohis sekolah menjadi organisasi yang lebih baik. Serta membentuk pelajar Wonogiri yang kreatif, mandiri dan berakhlak mulia melalui kegiatan yang dapat membangun karakter.


VI.             Penutup
Demikian sekilas profil Farohis ini kami buat dengan singkat dan sejelas-jelasnya. Semoga dapat dipergunakan dengan sebagaimana mestinya. Besar harapan kami atas dukungan, saran dan kritik dari Saudara demi kebenaran dan kebaikan Farohis yang akan datang. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.


Hormat kami,



Hanif Musthofa
Ketua Farohis