Selasa, 31 Desember 2013
Siapakah pemuda?
Dalam Al-Qur’an, pemuda disebut dengan fatan. Misalnya
sebutan fatan untuk Nabi Ibrahim muda, yang ketika itu sedang dicari oleh Raja
Namrud karena dituduh menghancurkan patung-patung berhala. Fatan yuqaalu lahu
Ibrahim. Juga sebutan fityatun untuk para pemuda Ashabul Kahfi. Innahum
fityatun amanuu birabbihim wa zidnaahum hudaa.
Sedangkan dalam Hadits, pemuda disebut sebagai syaab.
Misalnya dalam hadits “Lima Perkara Sebelum Lima Perkara Lainnya”: syabaabaka
qabla haramika (masa mudamu sebelum masa tuamu). Juga dalam hadits “Tujuh
Golongan Yang Mendapat Naungan Allah”: syaab nasya-a fii ‘ibadatillah (seorang
pemuda yang tumbuh besar dalam ibadah dan taat kepada Allah).
Dari sisi usia, pemuda terbagi ke dalam dua fase yaitu
fase puber/remaja berusia antara 10 sampai 21 tahun, dan fase dewasa awal
berusia antara 21 sampai 35 tahun. Sebagian berpendapat bahwa siapapun yang
berusia dibawah 40 tahun semenjak ia menjadi baligh bisa disebut sebagai
pemuda. Barangkali patokannya adalah usia kerasulan Muhammad saw, yaitu 40
tahun. Adapun dari sisi karakter, pemuda adalah sebagaimana yang diuraikan oleh
Imam Hasan Al-Banna: “Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil
diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di
jalannya, semangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal serta
berkorban dalam mewujudkannya. Keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat,
dan amal (serta pengorbanan) merupakan karakter yang melekat pada pemuda.
Karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar
keikhlasan adalah hati yang bertakwa, dasar semangat adalah perasaan yang
menggelora, dan dasar amal (dan pengorbanan) adalah kemauan yang kuat. Hal itu
semua tidak terdapat kecuali pada diri pemuda.”
Mengapa pemuda?
Alasan pertama, karena pemuda
adalah generasi penerus, yaitu generasi yang meneruskan generasi sebelumnya
yang baik. Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak
cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka
dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun pahala amal mereka.” (QS.
Ath-Thur : 21)
Alasan kedua, karena pemuda
adalah generasi pengganti, yakni menjadi pengganti generasi sebelumnya yang
buruk dan tidak taat kepada Allah. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang
beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak
Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun
mencintainya.” (QS. Al-Maidah : 54)
Dan alasan ketiga, karena pemuda
adalah ruh baru, pengubah dan pembaharu, sebagaimana sososk seorang Nabi Ibrahim
muda yang dikisahkan dalam Al-Qur’an: “Ingatlah ketika ia (Ibrahim) berkata
kepada bapaknya : Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak
mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong sedikitpun.” (QS. Maryam :
42)
Kelebihan pemuda:
Pemuda memiliki empat kelebihan. Pertama, kekuatan
spiritual: iman, takwa, dan ikhlas. Kedua, kekuatan intelektual: ingatan dan
analisa yang tajam. Ketiga, kekuatan emosional: menggelora dan meledak-ledak,
semangat dan kemauan yang kuat. Dan keempat, kekuatan fisik: tubuh masih segar
dan sehat, otot-otot masih kuat.
Sosok Pemuda dalam Sejarah Kemanusiaan
Di masa terdahulu, ada sosok-sosok seperti Nabi
Ibrahim muda, yang disebutkan oleh Al-Qur’an sebagai “fatan yuqalu lahu
ibrahim”. Ada juga para pemuda Ashhabul Kahfi, yang disebutkan oleh Al-Qur’an
sebagai “innahum fityatun amanu birabbihim wa zidnahum huda”.
Demikian pula di masa Rasulullah saw, kita mendapati
bahwa sebagian besar yang dibina oleh Rasulullah saw di rumah Arqaam bin Abil
Arqam adalah para pemuda. Berikut ini nama-nama mereka:
- Ali bin Ali Thalib, paling muda, 8 tahun
- Az Zubair bin Al ‘Awwam, 8 tahun
- Thalhah bin Ubaidillah, 11 tahun
- Al Arqam bin Abil Arqaam, 12 tahun
- Abdullah bin Mas’ud, 14 tahun
- Sa’ad bin Abi Waqqaas, 17 tahun
- Su’ud bin Rabi’ah, 17 tahun
- Abdullah bin Mazh’un, 17 tahun
- Ja’far bin Abi Thalib, 18 tahun
- Qudaamah bin Mazh’un, 19 tahun
- Sa’id bin Zaid, di bawah 20 tahun
- Suhaib Ar Rumi, di bawah 20 tahun
- Assa’ib bin Mazh’un, sekitar 20 tahun
- Zaid bin Haritsah, sekitar 20 tahun
- ‘Usman bin ‘Affan, sekitar 20 tahun
- Tulaib bin ‘Umair, sekitar 20 tahun
- Khabab bin Al Art, juga sekitar 20 tahun
- ‘Aamir bin Fahirah, 23 tahun
- Mush’ab bin ‘Umair, 24 tahun
- Al Miqdad bin Al Aswad, 24 tahun
- Abdullah bin Al Jahsy, 25 tahun
- Umar bin Al Khaththab, 26 tahun
- Abu Ubaidah Ibnul Jarrah, 27 tahun
- ‘Utbah bin Ghazwaan, juga 27 tahun
- Abu Hudzaifah bin ‘Utbah, sekitar 30 tahun
- Bilal bin Rabah, sekitar 30 tahun
- ‘Ayyasy bin Rabi’ah, sekitar 30 tahun
- ‘Amir bin Rabi’ah, sekitar 30 tahun
- Nu’aim bin Abdillah, hampir 30 tahun
- ‘Usman bin Mazh’un, sekitar 30 tahun
- Abu Salamah, Abdullah bin ‘Abdil Asad Al Makhzumi, sekitar 30 tahun
- Abdurrahman bin ‘Auf, 30 tahun
- Ammar bin Yasir, antara 30-40 tahun
- Abu Bakar Ash Shiddiq, 37 tahun
Sepeninggal Rasulullah saw, kita memiliki sosok
seperti Umar bin Abdul Aziz, yang menjadi khalifah sebelum berusia 35 tahun.
Karena keadilan dan kebijaksanaannya dalam memimpin, sampai-sampai ia dijuluki
sebagai khalifah rasyidah yang ke-5. Kita juga mengenal Muhammad Al-Fatih, yang
dalam usia belia memimpin penaklukan Konstantinopel
Adapun di masa kontemporer, kita mengenal sosok
seperti Hasan Al-Banna, seorang pemuda yang memelopori pergerakan yang paling
berpengaruh di dunia. Peran pemuda juga bisa kita lihat dalam Gerakan mahasiswa
di Mesir (1946, membebaskan diri dari hegemoni Inggris, Maidan At-Tahrir), di
Yunani (National Union of Greek Students meruntuhkan rezim Papandreou), dan di
China (1989, Tragedi Tiananmen).
Di Indonesia, ada Soekarno dan tokoh-tokoh pergerakan
pemuda di Indonesia pada zaman kemerdekaan (SDI, Budi Utomo, Perhimpunan
Indonesia (Hatta dkk), Sumpah Pemuda, Proklamasi Kemerdekaan). Peran pemuda
berikutnya bisa kita lihat dalam gerakan mahasiswa di Indonesia tahun 1965 (Tritura),
1974 (Malari), 1978 (Anti NKK/BKK), dan 1998 (meruntuhkan rezim Suharto).
Demikian pula gerakan perubahan di Timur Tengah tahun
2011 di Tunisia dan Mesir juga dipelopori oleh para pemuda.
Profil pemuda agen perubahan masyarakat – pemuda
pelopor, pemuda pemimpin:
Pertama, bertaqwa. Kedua, mandiri: tidak tergantung
pada orang lain (berdiri diatas kaki sendiri) serta bertanggung jawab terhadap
apa yang dilakukan. Kemandirian disini meliputi: kemandirian emosi (mampu
mengendalikan emosi), kemandirian ekonomi, kemandirian intelektual (mampu
berinisiatif, kemandirian berpikir dan menciptakan ide/gagasan), dan
kemandirian sosial (mampu berinteraksi dengan orang lain secara mandiri).
Ketiga, profesional, artinya mampu bekerja dengan
ihsan dan itqan – tekun, kerja keras, berdisiplin, dan memberikan hasil
terbaik. Profesionalisme bisa dibangun dengan memanfaatkan kompetensi, baik
yang diperoleh dari pendidikan maupun dari pengalaman.
Kelima, peduli , yakni mau melayani masyarakat, karena
pemimpin sejatinya adalah pelayan masyarakat. Keenam, berjiwa kepahlawanan,
yakni rela berkorban tanpa pamrih, berani, dan siap menjadi perubah, pelopor
dan pemimpin.
Bekal yang harus dimiliki oleh pemuda agen perubahan
masyarakat:
- Conceptual Skill: kemampuan menciptakan ide-ide dan gagasan-gagasan perubahan.
- Technical Skill: kemampuan-kemampuan teknis yang dibutuhkan sebagai solusi atas berbagai problematika masyarakat.
- Human Skill: kemampuan berhubungan dan berinteraksi dengan manusia lain (relasi interpersonal) dari berbagai komponen masyarakat yang akan diajak untuk melakukan perubahan bersama-sama.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh pemuda sesudah
berbekal (tazawwud)? Jawabannya tidak lain adalah bergerak (taharruk) dan
beramal, karena nahnu ‘amilun, kita adalah generasi yang gemar bekerja dan
beramal.
Sumber: www.muslim-menjawab.com
Sumber: www.muslim-menjawab.com
Label:Tausiyah
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
Pengunjung
5332
Diberdayakan oleh Blogger.
Kategori
- Agenda (11)
- Kolom Rohis (1)
- Nisa' (3)
- Tausiyah (7)
- Tentang Kami (1)
0 komentar:
Posting Komentar
Suara anda kami perlukan
Syukron Jazakumullah